Ekspansi Melalui Waralaba (Franchise)
- kontenilmukeu
- Apr 9
- 19 min read

Apa itu model bisnis waralaba?
Model bisnis waralaba atau franchise itu sebenarnya sederhana. Bayangkan kamu punya bisnis yang sukses, misalnya kedai kopi, dan banyak orang suka. Daripada buka cabang sendiri di berbagai kota yang butuh waktu, tenaga, dan biaya besar, kamu bisa menawarkan orang lain untuk “meminjam” konsep bisnis kamu. Nah, di situlah waralaba berperan.
Jadi, waralaba itu adalah kerja sama bisnis di mana si pemilik usaha (disebut franchisor) memberikan izin kepada orang lain (disebut franchisee) untuk menjalankan usaha dengan nama, sistem, dan standar yang sama. Franchisee akan membayar biaya tertentu, bisa berupa biaya awal dan juga royalti bulanan, sebagai gantinya dia bisa menjalankan bisnis yang sudah terbukti berhasil.
Contohnya, kalau kamu lihat restoran cepat saji yang sama ada di mana-mana, seperti KFC atau McDonald’s, itu biasanya waralaba. Orang-orang yang menjalankan gerainya belum tentu pemilik utama brand-nya, tapi mereka menjalankan bisnisnya dengan sistem yang sudah ditentukan oleh pemilik merek.
Kenapa Model Ini Menarik?
Bagi franchisor, ini cara cepat untuk memperluas bisnis tanpa harus mengelola semua cabang sendiri. Sementara bagi franchisee, ini kesempatan bagus karena mereka menjalankan usaha yang sudah punya nama, sistem, dan pengalaman. Risiko gagalnya lebih kecil dibanding mulai usaha dari nol.
Misalnya, kalau kamu beli franchise minuman kekinian, kamu biasanya sudah dapat paket lengkap: resep minuman, pelatihan, bahan baku, sampai strategi pemasaran. Jadi kamu tinggal fokus jalankan operasional harian dan pastikan layanan tetap bagus sesuai standar pusat.
Apa Saja yang Termasuk dalam Waralaba?
Biasanya, dalam sistem waralaba, yang diberikan ke franchisee itu bukan cuma merek, tapi juga sistem manajemen, pelatihan karyawan, desain tempat, bahan baku, dan kadang teknologi seperti aplikasi kasir atau sistem pemesanan. Intinya, kamu menjalankan bisnis seperti “fotokopi” dari usaha utama, tapi tetap punya tanggung jawab untuk menjaga kualitas dan standar yang sudah ditentukan.
Apakah Semua Jenis Bisnis Bisa Diwaralabakan?
Nggak semua usaha cocok dijadikan franchise. Biasanya bisnis yang sudah stabil, punya sistem operasional yang jelas, dan mudah ditiru akan lebih cocok. Kalau bisnisnya masih berubah-ubah atau belum punya sistem baku, akan sulit membuat orang lain menirunya dengan hasil yang sama.
Apa Tantangannya?
Meski kelihatan enak, waralaba juga punya tantangan. Franchisee harus ikut aturan yang ketat dan nggak bebas ubah-ubah. Sementara franchisor juga harus memastikan semua mitra menjalankan bisnis sesuai standar, supaya nama baik brand-nya tetap terjaga.
Model bisnis waralaba adalah sistem kerja sama yang saling menguntungkan. Franchisor bisa memperluas usahanya tanpa repot buka cabang sendiri, sedangkan franchisee bisa menjalankan bisnis yang sudah siap jalan. Tapi tetap harus ada komitmen dan kerja sama yang baik di kedua belah pihak supaya usaha ini bisa berhasil.
Kalau kamu punya usaha yang sudah stabil dan banyak peminatnya, bisa jadi model waralaba ini adalah langkah ekspansi yang pas. Sebaliknya, kalau kamu lagi cari peluang usaha, membeli franchise bisa jadi pilihan yang lebih aman dibanding mulai dari nol.
Keuntungan ekspansi melalui franchise
Kalau kamu punya bisnis yang udah jalan dan mulai dikenal orang, mungkin kamu kepikiran buat buka cabang di kota lain atau bahkan ke luar negeri. Nah, salah satu cara yang bisa kamu pertimbangkan adalah lewat sistem waralaba, atau yang lebih dikenal dengan franchise.
Franchise itu sebenarnya simpel. Kamu sebagai pemilik usaha (franchisor) tinggal memberikan hak kepada orang lain (franchisee) untuk menjalankan bisnis kamu dengan nama dan sistem yang sama. Jadi si franchisee ini yang bakal buka cabangnya, tapi pakai merek dan standar operasional yang kamu punya.
Lalu, apa aja sih keuntungan ekspansi bisnis lewat franchise?
1. Modal dari Mitra, Bukan dari Kantong Sendiri
Ini salah satu keuntungan paling terasa. Kalau kamu buka cabang sendiri, kamu butuh modal yang besar. Mulai dari sewa tempat, gaji karyawan, beli peralatan, sampai biaya promosi. Tapi kalau lewat franchise, semua itu ditanggung oleh franchisee. Jadi kamu bisa memperluas bisnismu tanpa keluar banyak uang sendiri.
2. Pertumbuhan Bisnis Bisa Lebih Cepat
Karena kamu nggak perlu keluar modal besar dan bisa punya banyak mitra, maka ekspansi bisa dilakukan lebih cepat. Misalnya kamu mau buka 10 cabang di 10 kota berbeda. Kalau semua pakai uang sendiri, butuh waktu lama. Tapi kalau pakai sistem franchise, kamu tinggal cari 10 mitra yang siap buka cabang di masing-masing kota.
3. Risiko Lebih Rendah
Dengan franchise, kamu nggak terlalu menanggung risiko operasional di cabang-cabang baru. Kalau ada masalah di satu cabang, biasanya itu jadi tanggung jawab franchisee. Jadi dibanding buka sendiri yang semua risiko ada di kamu, sistem franchise ini bisa lebih aman secara finansial.
4. Punya Mitra yang Termotivasi
Franchisee biasanya adalah orang yang sudah berinvestasi cukup besar untuk buka cabang. Karena mereka keluar uang sendiri, mereka pasti lebih serius dan berusaha keras supaya bisnisnya sukses. Ini beda dengan karyawan biasa yang mungkin cuma kerja karena digaji. Franchisee punya motivasi lebih untuk ngembangin bisnis.
5. Jangkauan Pasar yang Lebih Luas
Dengan banyaknya mitra yang buka di berbagai lokasi, merek kamu bisa lebih cepat dikenal luas. Nama brand kamu bisa muncul di mana-mana tanpa harus kamu keliling sendiri buka toko. Ini juga bisa bantu bangun reputasi dan kepercayaan pelanggan.
6. Fokus ke Pengembangan Sistem dan Inovasi
Karena operasional cabang ditangani franchisee, kamu bisa lebih fokus di pengembangan produk, peningkatan layanan, dan strategi bisnis. Kamu nggak perlu pusing ngurusin toko satu-satu, karena udah ada mitra yang handle.
Jadi, ekspansi lewat franchise itu cocok banget buat kamu yang ingin bisnisnya tumbuh besar, tapi nggak mau terlalu terbebani modal dan operasional. Tapi ingat ya, walaupun kelihatan gampang, tetap harus disiapkan sistem yang kuat, pelatihan yang jelas, dan pengawasan yang baik. Tujuannya biar semua mitra bisa menjalankan bisnis kamu sesuai standar dan bisa sama-sama untung.
Intinya, franchise itu seperti ngajak orang lain buat tumbuh bareng, tapi kamu tetap pegang kendali atas brand dan kualitasnya.
Bagaimana menyiapkan bisnis untuk menjadi franchise?
Punya bisnis yang sukses dan mau kembangkan lebih besar tanpa harus buka cabang sendiri? Salah satu cara yang bisa kamu pilih adalah lewat sistem waralaba atau franchise. Tapi, nggak semua bisnis langsung bisa dijadikan franchise. Ada beberapa hal penting yang perlu disiapkan dulu biar sistem franchise-nya jalan lancar dan menarik bagi calon mitra.
1. Pastikan Bisnismu Sudah Stabil
Langkah pertama, pastikan bisnismu udah stabil, terutama dari sisi operasional dan keuangannya. Maksudnya, usahamu udah berjalan dengan baik, punya pemasukan rutin, pelanggan tetap, dan sistem kerja yang rapi. Soalnya, calon mitra franchise pasti mau lihat bukti kalau bisnis kamu memang menguntungkan dan bisa bertahan dalam jangka panjang.
Kalau bisnismu masih coba-coba, sebaiknya dikembangkan dulu sampai benar-benar matang. Karena begitu kamu menjual franchise, artinya kamu menjual sistem yang siap dijalankan oleh orang lain dengan hasil yang (semestinya) mirip seperti saat kamu menjalankannya sendiri.
2. Buat Sistem yang Bisa Diduplikasi
Franchise itu pada dasarnya adalah “menyalin” bisnis kamu ke tempat lain. Jadi, kamu harus punya sistem operasional yang jelas dan bisa dipraktikkan oleh orang lain. Misalnya, SOP (Standard Operating Procedure) untuk pelayanan pelanggan, manajemen stok, cara masak (kalau bisnis kuliner), promosi, dan sebagainya.
Sistem ini nantinya akan jadi panduan utama bagi mitra franchise. Semakin rapi sistem yang kamu buat, semakin mudah juga mereka menjalankannya.
3. Buat Identitas Brand yang Kuat
Brand adalah salah satu daya tarik utama dalam bisnis franchise. Kalau nama bisnismu udah dikenal dan punya ciri khas, orang akan lebih percaya untuk beli lisensinya. Maka, pastikan identitas brand kamu kuat, mulai dari nama, logo, kemasan, hingga gaya pelayanan. Jangan lupa juga urus hak kekayaan intelektual seperti merek dagang biar kamu terlindungi secara hukum.
4. Siapkan Panduan dan Pelatihan
Nggak semua orang yang beli franchise punya pengalaman bisnis. Maka, kamu harus siap kasih pelatihan dan panduan yang lengkap. Buat manual operasional, video tutorial, atau sesi training langsung. Intinya, bantu mereka biar ngerti betul cara menjalankan bisnis sesuai standar kamu.
Pelatihan ini juga jadi jembatan awal untuk membangun hubungan baik antara pemilik brand (franchisor) dan mitra franchise.
5. Tentukan Model Bisnis Franchise
Selanjutnya, kamu perlu tentukan model franchise-nya. Misalnya, apakah kamu akan menarik biaya awal (franchise fee), royalty bulanan, atau keduanya. Lalu, fasilitas apa saja yang kamu berikan ke mitra, misalnya hak pakai brand, pelatihan, bahan baku, atau promosi bersama.
Model ini harus kamu rumuskan dengan jelas dan adil, supaya kedua belah pihak merasa diuntungkan.
6. Buat Perjanjian Franchise yang Jelas
Terakhir, kamu butuh perjanjian tertulis yang mengatur hak dan kewajiban kedua pihak. Ini penting banget untuk menghindari konflik di kemudian hari. Dalam perjanjian biasanya diatur soal wilayah usaha, jangka waktu kerja sama, biaya, aturan main, dan lain-lain.
Kamu bisa konsultasi dengan pengacara atau ahli franchise untuk bikin dokumen ini supaya sah dan sesuai hukum.
Jadi, sebelum memutuskan menjual franchise, pastikan dulu bisnismu siap dari segala sisi. Karena franchise bukan cuma soal menjual nama, tapi juga menjual sistem dan kualitas. Kalau semua sudah matang, maka ekspansi lewat franchise bisa jadi cara yang cepat dan efektif untuk mengembangkan bisnismu ke berbagai kota bahkan ke luar negeri.
Sumber pendanaan untuk ekspansi waralaba
Ketika sebuah bisnis ingin berkembang lewat sistem waralaba (franchise), salah satu hal penting yang harus dipikirkan adalah soal dana. Soalnya, membuka gerai baru, melatih mitra waralaba, menyediakan perlengkapan, dan menjaga kualitas semuanya butuh biaya yang nggak sedikit. Nah, untuk bisa terus ekspansi tanpa membebani keuangan perusahaan, pemilik bisnis perlu pintar mencari sumber pendanaan yang tepat. Berikut ini beberapa sumber dana yang bisa digunakan untuk ekspansi waralaba:
1. Modal dari Mitra Waralaba
Ini adalah sumber dana paling umum dalam sistem franchise. Jadi gini, saat seseorang ingin menjadi mitra (franchisee), mereka biasanya membayar sejumlah biaya awal atau franchise fee. Nah, uang inilah yang bisa digunakan untuk mendanai sebagian proses pembukaan gerai baru. Selain itu, mitra juga biasanya bertanggung jawab atas biaya operasional harian gerainya sendiri, jadi pemilik bisnis (franchisor) tidak perlu menanggung semuanya.
Dengan kata lain, sistem waralaba itu memang dirancang supaya ekspansi bisa dilakukan tanpa harus keluar modal besar dari kantong sendiri. Tapi tetap, franchisor tetap butuh dana untuk pengawasan, pemasaran, pelatihan, dan menjaga standar kualitas.
2. Pinjaman Bank
Kalau dana dari mitra belum cukup, franchisor bisa mempertimbangkan pinjaman bank. Bank biasanya lebih terbuka memberi pinjaman ke bisnis yang sudah punya sistem jelas dan rekam jejak yang bagus, seperti bisnis franchise. Tapi tentu saja, harus ada rencana bisnis yang kuat dan proyeksi keuangan yang realistis agar bank percaya.
Beberapa bank bahkan punya program khusus untuk bisnis waralaba, terutama kalau brand tersebut sudah dikenal dan punya banyak cabang yang sukses.
3. Investor atau Modal Ventura
Kalau ingin ekspansi besar-besaran dan cepat, mencari investor bisa jadi pilihan. Investor biasanya tertarik pada bisnis yang punya potensi berkembang pesat dan punya model bisnis yang terbukti. Dengan masuknya investor, franchisor bisa mendapatkan suntikan modal dalam jumlah besar untuk memperluas jaringan waralaba ke berbagai kota atau bahkan negara.
Namun, perlu diingat, investor biasanya juga ingin ikut campur dalam pengambilan keputusan atau setidaknya mendapatkan bagian dari keuntungan. Jadi, pilih investor yang sejalan dengan visi bisnis.
4. Pendanaan Internal
Kalau bisnis sudah cukup stabil dan punya keuntungan yang bagus, bisa juga pakai dana internal alias uang hasil keuntungan bisnis. Memang pertumbuhannya mungkin lebih lambat, tapi cara ini aman karena tidak menambah utang atau mengurangi kepemilikan usaha.
Namun, metode ini butuh perhitungan yang matang. Jangan sampai uang kas yang seharusnya buat operasional harian malah habis untuk ekspansi.
5. Crowdfunding
Crowdfunding atau penggalangan dana secara online juga mulai dilirik. Meski lebih umum dipakai startup, beberapa bisnis franchise kecil juga sudah mulai coba cara ini. Caranya, mereka mengajukan proposal ekspansi ke platform crowdfunding, lalu siapa pun bisa ikut “patungan” untuk mendanai gerai baru.
Walau tidak selalu berhasil, cara ini bisa membantu jika dikerjakan dengan strategi promosi yang baik dan punya daya tarik.
Jadi, ekspansi lewat waralaba itu memang bisa memudahkan pertumbuhan bisnis, apalagi kalau dikelola dengan sistem yang rapi. Tapi tetap, modal jadi bagian penting yang harus disiapkan. Dengan memilih sumber pendanaan yang sesuai, bisnis bisa berkembang tanpa terbebani, dan mitra juga merasa aman karena bergabung dengan sistem yang solid.
Regulasi dan hukum dalam sistem franchise
Kalau kamu punya bisnis yang udah berkembang dan mau buka cabang tanpa harus ngeluarin modal besar, sistem franchise bisa jadi pilihan yang oke banget. Tapi sebelum memutuskan buat buka franchise, kamu harus ngerti dulu soal aturan dan hukum yang ngatur bisnis ini. Soalnya, franchise itu bukan cuma soal bagi-bagi resep atau nama usaha aja, tapi ada perjanjian hukum yang harus jelas biar nggak ribet di kemudian hari.
Di Indonesia, sistem franchise diatur dalam beberapa aturan. Salah satunya adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Waralaba. Peraturan ini ngatur hal-hal penting kayak definisi franchise, kewajiban pemilik franchise (franchisor), dan juga hak dari orang yang beli franchise-nya (franchisee).
Salah satu aturan penting dalam sistem franchise adalah kewajiban mendaftarkan prospektus penawaran franchise ke Kementerian Perdagangan. Prospektus ini isinya semua info tentang bisnis kamu, mulai dari sejarah bisnis, struktur organisasi, laporan keuangan, sampai hak dan kewajiban masing-masing pihak. Ini penting biar calon franchisee bisa tahu jelas apa yang dia dapat dan apa yang harus dia penuhi.
Selain itu, sebelum kerja sama dimulai, kedua belah pihak wajib bikin perjanjian franchise tertulis. Nah, isi dari perjanjian ini biasanya meliputi:
- Jangka waktu kerja sama
- Biaya yang harus dibayar
- Wilayah operasional franchise
- Standar operasional (SOP) yang harus dipatuhi
- Pelatihan dan dukungan dari franchisor
- Ketentuan pemutusan kontrak
Perjanjian ini harus dibuat dalam bahasa Indonesia dan bisa juga disertai versi bahasa asing, kalau memang perlu. Tapi yang berlaku secara hukum tetap yang berbahasa Indonesia.
Selain aturan dari Kementerian Perdagangan, franchise juga harus taat sama hukum lain kayak Undang-Undang Perlindungan Konsumen, UU Hak Kekayaan Intelektual, dan UU Perpajakan. Misalnya, kalau kamu franchise-in merek dagang, pastiin merek kamu udah terdaftar resmi di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Soalnya, merek adalah aset penting yang jadi daya tarik utama franchise kamu.
Soal pajak juga jangan disepelekan. Baik franchisor maupun franchisee punya kewajiban bayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku. Misalnya, ada pajak atas royalti yang diterima franchisor, atau PPN atas jasa pelatihan dan dukungan operasional yang diberikan.
Hal lain yang nggak kalah penting adalah menjaga hubungan baik antara franchisor dan franchisee. Meski semuanya udah tertulis dalam kontrak, tapi komunikasi tetap harus lancar. Banyak masalah franchise yang muncul karena miskomunikasi atau ekspektasi yang nggak sesuai.
Jadi intinya, sebelum memutuskan buat ekspansi lewat franchise, pastikan kamu udah ngerti aturan mainnya. Jangan asal kasih izin pake nama bisnis kamu, tapi pastikan semua legalitasnya beres. Kalau perlu, kamu bisa konsultasi ke pengacara atau konsultan hukum yang paham soal franchise.
Dengan sistem hukum yang jelas dan hubungan kerja sama yang sehat, franchise kamu bisa tumbuh lebih cepat dan aman ke depannya.
Strategi keuangan dalam pengelolaan franchise
Mengembangkan bisnis lewat sistem franchise memang bisa jadi pilihan yang cerdas, apalagi kalau brand yang kita punya sudah dikenal dan terbukti laris. Tapi supaya ekspansi ini sukses, kita juga perlu strategi keuangan yang matang. Jangan sampai, franchise berkembang tapi keuangan amburadul. Nah, di bagian ini kita bahas gimana cara mengelola keuangan franchise secara sederhana tapi efektif.
1. Pahami Sumber Pendapatan dan Biaya
Pertama-tama, kita harus tahu dari mana saja uang masuk dan ke mana uang keluar. Di bisnis franchise, pendapatan biasanya datang dari biaya awal (franchise fee), royalti bulanan, dan kadang ada juga biaya pemasaran. Sedangkan pengeluaran bisa mencakup biaya pelatihan, dukungan operasional, pengembangan sistem, dan promosi.
Dengan tahu jelas alur keuangan ini, kita bisa bikin perencanaan yang realistis dan nggak asal jalan.
2. Buat Anggaran Khusus untuk Franchise
Saat bisnis mulai diwaralabakan, penting untuk bikin anggaran yang khusus untuk pengelolaan franchise. Ini terpisah dari anggaran operasional bisnis utama. Tujuannya supaya kita bisa tahu seberapa besar biaya yang diperlukan untuk mendukung para mitra franchise dan seberapa besar hasil yang masuk dari sistem ini.
Anggaran ini bisa meliputi biaya perekrutan mitra, pelatihan, pengawasan standar operasional, hingga marketing nasional.
3. Tetapkan Sistem Pembayaran yang Jelas
Dalam franchise, biasanya ada sistem royalti yang dibayar rutin—bisa bulanan atau berdasarkan persentase penjualan. Nah, sistem pembayaran ini harus jelas dari awal. Mitra franchise juga harus paham kapan harus bayar, berapa besarannya, dan ke mana uang itu digunakan.
Transparansi ini penting supaya hubungan bisnis tetap sehat dan saling percaya.
4. Investasi dalam Sistem dan Teknologi
Supaya operasional franchise bisa berjalan mulus, kita juga perlu investasi di sistem keuangan yang bisa memantau kinerja seluruh cabang mitra. Misalnya, pakai software yang bisa melacak penjualan, laporan keuangan, dan stok secara real-time.
Dengan teknologi ini, kita bisa cepat tahu kalau ada masalah di salah satu cabang dan bisa bantu menyelesaikannya dengan cepat.
5. Perencanaan Jangka Panjang
Strategi keuangan yang baik juga harus memikirkan jangka panjang. Misalnya, kapan waktu yang pas untuk buka cabang baru? Apakah dana yang ada cukup untuk ekspansi? Bagaimana kalau ada krisis ekonomi atau penjualan turun?
Penting juga untuk punya dana cadangan (emergency fund) khusus franchise, supaya bisa tetap jalan walau ada hal tak terduga.
6. Evaluasi Rutin dan Laporan Keuangan yang Terbuka
Terakhir, jangan lupa untuk rutin evaluasi laporan keuangan franchise. Ini bisa dilakukan setiap bulan atau triwulan. Dengan begitu, kita bisa tahu mana cabang yang performanya bagus dan mana yang perlu dibantu lebih lanjut.
Selain itu, keterbukaan laporan keuangan juga bikin mitra franchise merasa dilibatkan dan dipercaya, yang pastinya bikin kerja sama makin kuat.
Strategi keuangan yang baik dalam franchise itu nggak cuma soal menghitung untung rugi, tapi juga soal pengelolaan, perencanaan, dan komunikasi yang baik. Dengan keuangan yang sehat, ekspansi lewat franchise bisa tumbuh stabil dan jadi sumber keuntungan jangka panjang.
Studi kasus franchise yang sukses
Kalau kamu pernah lihat banyak gerai Es Teler 77 atau Kebab Turki Baba Rafi di berbagai kota, itu salah satu contoh nyata bisnis yang sukses lewat sistem waralaba (franchise). Nah, lewat artikel ini kita akan bahas studi kasus dari beberapa franchise lokal yang berhasil berkembang besar, dan kenapa mereka bisa sukses.
1. Kebab Turki Baba Rafi
Kebab Turki Baba Rafi adalah salah satu franchise makanan asal Indonesia yang sudah go international. Awalnya, bisnis ini dimulai dari sebuah gerobak kecil di Surabaya tahun 2003 oleh pasangan suami istri, Nilam Sari dan Hendy Setiono. Dengan modal yang terbatas, mereka memberanikan diri untuk jualan kebab ala Timur Tengah yang waktu itu belum banyak dikenal di Indonesia.
Setelah berjalan beberapa tahun dan melihat peluang pasar yang besar, mereka memutuskan untuk menawarkan sistem franchise. Ternyata, banyak yang tertarik untuk jadi mitra. Dalam waktu singkat, Baba Rafi berkembang pesat dan punya ratusan outlet, bahkan sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Filipina, dan Belanda.
Kunci suksesnya ada di sistem yang rapi, merek yang kuat, pelatihan yang jelas untuk mitra, dan menu yang mudah diterima lidah orang Indonesia. Mereka juga terus berinovasi, misalnya menambah menu minuman dan makanan ringan, supaya pelanggan nggak bosan.
2. Es Teler 77
Satu lagi franchise lokal yang bisa jadi inspirasi adalah Es Teler 77. Bisnis ini dimulai oleh Sukyatno Nugroho pada tahun 1982 dari sebuah gerobak kecil di Jakarta. Menu andalannya tentu saja es teler, minuman segar khas Indonesia.
Setelah usahanya berkembang, Sukyatno memutuskan untuk membuka cabang di pusat perbelanjaan dan mulai sistem franchise. Es Teler 77 kemudian menjelma jadi jaringan kuliner besar yang ada di berbagai kota. Bahkan mereka juga pernah ekspansi ke luar negeri, seperti Malaysia dan Australia.
Salah satu kekuatan Es Teler 77 adalah konsistensi rasa, pelayanan yang cepat, dan suasana tempat makan yang bersih dan nyaman. Selain itu, mereka juga punya standar operasional yang ketat supaya setiap gerai punya kualitas yang sama, meskipun dikelola oleh orang yang berbeda.
Pelajaran dari Kedua Franchise Ini
Dari dua contoh di atas, ada beberapa pelajaran penting kalau kamu ingin mengembangkan bisnis lewat franchise:
- Bangun merek yang kuat. Nama dan logo harus mudah diingat dan menarik.
- Punya sistem yang jelas. Mitra waralaba perlu panduan lengkap supaya bisa menjalankan bisnis dengan standar yang sama.
- Latihan dan dukungan. Berikan pelatihan awal dan pendampingan berkala untuk para mitra.
- Terus berinovasi. Bisnis yang berkembang adalah yang bisa menyesuaikan diri dengan tren dan kebutuhan pasar.
Intinya, ekspansi lewat waralaba bisa jadi cara yang efektif untuk memperbesar bisnis tanpa harus keluar modal sendiri untuk buka cabang. Tapi perlu disiapkan dengan matang dan jangan asal-asalan.
Kalau kamu punya bisnis yang sudah stabil dan banyak peminatnya, siapa tahu ini waktunya kamu mulai mempertimbangkan sistem franchise seperti Baba Rafi atau Es Teler 77. Siapa tahu, bisnis kamu bisa jadi franchise sukses berikutnya!
Perbedaan antara franchise lokal dan global
Kalau kamu pernah lihat usaha makanan yang sama buka di banyak tempat, bisa jadi itu adalah franchise. Nah, dalam dunia franchise ini, ada dua jenis yang sering dibahas: franchise lokal dan franchise global. Keduanya punya konsep yang mirip, tapi cara kerja dan cakupan bisnisnya beda banget. Yuk, kita bahas perbedaannya dengan bahasa yang gampang dipahami.
Franchise Lokal
Franchise lokal itu adalah bisnis waralaba yang berasal dari dalam negeri. Biasanya pemilik utama bisnis (franchisor) juga orang Indonesia, dan brand-nya memang dibuat serta dikembangkan untuk pasar lokal. Contohnya seperti Es Teh Indonesia, Kopi Kenangan, atau Ayam Geprek Bensu. Semua brand ini berkembang di Indonesia dan sudah punya banyak cabang di berbagai kota.
Kelebihan dari franchise lokal adalah lebih ngerti selera dan budaya orang Indonesia. Menu, harga, dan cara pelayanan biasanya disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat kita. Selain itu, biaya untuk beli franchise-nya juga cenderung lebih terjangkau dibandingkan franchise global. Jadi buat kamu yang baru mau mulai usaha dan modalnya terbatas, franchise lokal bisa jadi pilihan yang pas.
Tapi tantangannya, brand lokal biasanya belum punya nama besar di luar negeri. Jadi jangkauan pasarnya masih terbatas. Kalau kamu punya rencana buat ekspansi ke luar negeri, mungkin harus kerja lebih keras buat bangun reputasi brand-nya dulu.
Franchise Global
Nah, kalau franchise global itu datang dari luar negeri. Brand-nya sudah terkenal di banyak negara, seperti McDonald’s, KFC, Starbucks, atau Subway. Mereka sudah punya sistem bisnis yang teruji dan kuat, jadi kalau kamu beli lisensinya, kamu tinggal jalankan sesuai standar mereka.
Kelebihan franchise global tentu saja dari sisi nama besar dan reputasi. Orang-orang sudah percaya dengan brand-nya. Bahkan sebelum buka pun, biasanya udah ada calon pelanggan yang nunggu. Selain itu, sistem manajemennya udah matang banget. Mereka punya standar operasional yang jelas dan biasanya ngasih pelatihan yang lengkap buat mitra franchise.
Tapi ya, karena nama dan sistemnya udah mapan, biaya awalnya juga lebih mahal. Belum lagi ada aturan-aturan yang lebih ketat dari pihak franchisor. Misalnya soal menu, bahan baku, sampai dekorasi toko — semua harus ikut standar pusat. Kadang juga bahan bakunya harus impor, jadi kalau ada masalah pengiriman, operasional bisa terganggu.
Jadi, franchise lokal dan global sama-sama punya peluang besar. Tinggal kamu sesuaikan saja dengan tujuan dan kemampuan kamu. Kalau kamu cari bisnis yang lebih fleksibel dan terjangkau, franchise lokal bisa jadi langkah awal yang bagus. Tapi kalau kamu pengen usaha dengan brand yang udah mendunia dan siap bersaing di pasar yang lebih luas, franchise global bisa jadi pilihan.
Yang penting, sebelum ambil keputusan, pastikan kamu riset dulu dan hitung baik-baik dari segi biaya, target pasar, sampai dukungan dari pihak franchisor. Biar usahamu nggak cuma ikut-ikutan, tapi benar-benar siap berkembang.
Risiko finansial dalam ekspansi franchise
Membangun bisnis lewat sistem franchise atau waralaba memang jadi pilihan menarik buat banyak pengusaha. Alasannya, dengan franchise, bisnis bisa berkembang lebih cepat tanpa harus keluar banyak modal sendiri. Tapi, meskipun kelihatannya menguntungkan, tetap saja ada risiko finansial yang perlu dipikirkan baik-baik sebelum memutuskan ekspansi lewat cara ini.
Salah satu risiko terbesar adalah ketergantungan pada mitra franchisee. Dalam sistem franchise, pemilik merek (franchisor) akan memberikan hak kepada pihak lain (franchisee) untuk menjalankan bisnis dengan merek dan sistem yang sudah ada. Nah, kalau franchisee nggak menjalankan bisnis sesuai standar, bisa-bisa nama baik brand ikut tercoreng. Kalau sampai citra brand rusak, dampaknya bisa bikin penjualan menurun dan butuh biaya besar buat memperbaiki reputasi.
Risiko lainnya adalah biaya pendampingan dan pelatihan. Saat membuka cabang franchise baru, franchisor harus menyediakan pelatihan, sistem, hingga dukungan operasional. Di awal mungkin kelihatan sebagai investasi, tapi kalau franchisee gagal menjalankan usahanya, biaya yang sudah keluar itu bisa jadi kerugian. Belum lagi kalau harus menutup gerai, biaya penutupan dan penyelesaian kontrak juga bisa cukup besar.
Selain itu, pengelolaan arus kas juga bisa jadi tantangan. Dalam sistem franchise, penghasilan utama franchisor biasanya berasal dari fee awal, royalti, atau persentase penjualan dari franchisee. Kalau franchisee telat bayar atau mengalami penurunan penjualan, pendapatan franchisor pun bisa terganggu. Kalau banyak franchisee mengalami hal yang sama, bisa-bisa arus kas perusahaan jadi nggak sehat.
Ada juga risiko ekspansi yang terlalu cepat. Kadang, karena melihat peluang yang besar, franchisor ingin buru-buru membuka banyak gerai. Tapi, kalau tidak disertai dengan kesiapan sistem, tim support, dan strategi yang matang, ekspansi ini malah bisa jadi bumerang. Bisa saja kualitas operasional tidak terjaga, pengawasan lemah, dan akhirnya malah rugi karena terlalu terburu-buru.
Belum lagi soal biaya hukum dan legalitas. Menjalankan sistem franchise berarti harus punya perjanjian yang jelas dan sesuai aturan hukum. Kalau sampai ada konflik dengan franchisee, bisa saja berujung ke ranah hukum. Biaya untuk konsultasi hukum dan proses penyelesaian sengketa bisa sangat mahal dan memakan waktu.
Terakhir, ada risiko kegagalan pasar lokal. Walaupun brand sukses di satu daerah, belum tentu sukses juga di daerah lain. Masing-masing tempat punya karakter pasar yang berbeda. Kalau franchisee nggak bisa menyesuaikan strategi pemasaran dengan kondisi lokal, bisnisnya bisa gagal. Dan kalau ini terjadi di banyak lokasi, bisa berdampak besar juga bagi franchisor.
Jadi, meskipun ekspansi lewat franchise bisa jadi strategi yang menguntungkan dan cepat berkembang, tetap penting untuk mempertimbangkan semua risiko finansialnya. Kuncinya adalah jangan tergiur pertumbuhan cepat tanpa kesiapan yang matang. Pastikan sistem, perjanjian, dan dukungan untuk franchisee sudah benar-benar siap agar ekspansi berjalan lancar dan aman secara finansial.
Cara menarik investor untuk ekspansi franchise
Kalau bisnis kamu sudah berjalan lancar dan mulai dilirik banyak orang, mungkin saatnya kamu mikir buat ekspansi. Salah satu cara yang bisa kamu coba adalah lewat sistem waralaba atau franchise. Nah, supaya ekspansi ini bisa jalan dengan lebih cepat dan efisien, kamu butuh yang namanya investor. Tapi, gimana sih cara menarik investor supaya mereka mau bergabung dan bantuin ekspansi franchise kamu? Yuk, kita bahas bareng!
1. Punya Model Bisnis yang Jelas dan Terbukti
Investor itu biasanya suka sama bisnis yang udah terbukti jalan. Jadi, sebelum kamu ngajak mereka, pastikan dulu kalau bisnis kamu udah punya sistem yang jelas, produk atau jasa yang laku di pasaran, dan hasil yang bisa ditunjukkan. Misalnya, omzet stabil, pelanggan loyal, dan review bagus dari konsumen. Semakin solid model bisnis kamu, makin besar peluang investor percaya sama kamu.
2. Buat Proposal yang Menarik dan Profesional
Investor nggak akan langsung percaya cuma karena kamu cerita panjang lebar. Mereka butuh data dan rencana yang jelas. Nah, kamu perlu bikin proposal bisnis yang rapi, isinya mencakup gambaran bisnis kamu, rencana ekspansi, berapa dana yang dibutuhkan, dan proyeksi keuntungan ke depan. Tambahkan juga kisah sukses gerai yang sudah ada supaya mereka bisa lihat potensi franchise kamu.
3. Tunjukkan Potensi Pasar
Investor itu suka sama peluang besar. Jadi, tunjukkan bahwa bisnis kamu punya potensi untuk berkembang di banyak lokasi. Jelaskan target pasarnya, tren industri yang mendukung, dan alasan kenapa orang bakal tertarik beli produk atau jasa kamu di daerah lain. Semakin meyakinkan, makin tertarik mereka untuk berinvestasi.
4. Bangun Citra Merek yang Kuat
Merek atau brand yang dikenal dan disukai orang punya daya tarik tinggi buat investor. Maka dari itu, jaga kualitas produk, pelayanan, dan branding kamu. Gunakan media sosial buat bangun hubungan sama pelanggan dan tunjukkan bahwa brand kamu punya pengaruh. Brand yang kuat bisa bikin investor lebih percaya bahwa franchise kamu bakal sukses di tempat lain juga.
5. Punya Tim yang Kompak dan Kompeten
Investor nggak cuma investasi di bisnis, tapi juga di orang-orang yang jalankan bisnis itu. Jadi, pastikan kamu dan tim kamu tampil profesional, kompak, dan punya visi yang jelas. Tunjukkan bahwa kamu serius dan siap mengelola ekspansi dengan baik.
6. Tawarkan Skema Kerjasama yang Menarik
Tiap investor pasti tertarik kalau imbal baliknya jelas. Jadi, kamu perlu bikin skema yang adil dan menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya, bagi hasil yang transparan, timeline pengembalian modal yang realistis, dan peluang jangka panjang untuk berkembang. Semakin jelas dan menguntungkan, makin mudah buat kamu menarik investor.
7. Gunakan Testimoni dan Studi Kasus
Kalau kamu udah pernah kerja sama dengan investor sebelumnya, atau punya mitra franchise yang sukses, gunakan testimoni mereka sebagai bukti sosial. Cerita nyata seperti ini bisa bikin investor baru makin yakin buat gabung.
Intinya, supaya bisa menarik investor buat ekspansi franchise, kamu perlu meyakinkan mereka lewat bukti nyata, rencana matang, dan kerjasama yang saling menguntungkan. Jangan lupa bangun hubungan baik dan komunikasi yang terbuka. Kalau semuanya disiapkan dengan baik, investor bukan cuma akan datang, tapi juga jadi mitra yang bantu bisnis kamu tumbuh lebih besar lagi.
Kesimpulan
Ekspansi lewat sistem waralaba (franchise) sebenarnya bisa jadi pilihan yang cerdas buat para pemilik bisnis yang ingin usahanya tumbuh lebih cepat, tapi tanpa harus menanggung semua beban sendiri. Dengan sistem ini, pemilik usaha (franchisor) cukup menyiapkan sistem, merek, dan standar operasionalnya. Sementara para mitra (franchisee) yang akan menjalankan usahanya di lokasi masing-masing dengan modal mereka sendiri.
Buat franchisor, ini jelas jadi cara ekspansi yang lebih ringan karena tidak perlu keluar banyak biaya untuk buka cabang sendiri. Selain itu, dengan adanya mitra yang ikut terlibat langsung, usaha biasanya jadi lebih terjaga karena mereka juga punya kepentingan untuk sukses. Mereka akan lebih semangat menjaga kualitas dan pelayanan agar bisnisnya laris.
Tapi tentu saja, ekspansi dengan sistem franchise ini juga nggak bisa asal jalan. Harus ada persiapan yang matang, mulai dari membangun sistem bisnis yang rapi, mempersiapkan SOP (standard operating procedure), dokumen legal, sampai strategi promosi. Yang paling penting, pemilik usaha harus siap berbagi pengetahuan dan mendampingi mitra agar bisa menjalankan bisnisnya dengan benar. Jangan sampai cuma mikir soal keuntungan, tapi lupa bahwa nama baik merek juga harus dijaga.
Buat yang ingin jadi franchisee, sistem ini juga cukup menguntungkan karena mereka nggak mulai dari nol. Mereka sudah punya panduan, nama merek yang dikenal, dan dukungan dari pemilik waralaba. Tapi tetap perlu diingat, walaupun sistemnya sudah jadi, tetap harus kerja keras dan mengikuti aturan yang ada kalau mau sukses.
Secara keseluruhan, waralaba adalah bentuk kerja sama yang saling menguntungkan kalau dijalani dengan serius dan profesional. Pemilik usaha bisa memperluas jangkauan bisnis tanpa harus buka cabang sendiri, sementara mitra bisa punya bisnis dengan risiko yang lebih terkendali.
Jadi, kalau kamu punya bisnis yang sudah terbukti berhasil dan ingin berkembang ke lebih banyak tempat, bisa banget mempertimbangkan sistem franchise ini. Tapi jangan lupa, sukses dalam waralaba butuh komitmen, kerja sama yang baik, dan sistem yang kuat. Sementara itu, buat kamu yang ingin terjun ke dunia bisnis tapi nggak mau repot bangun dari nol, jadi mitra franchise juga bisa jadi langkah awal yang bagus. Kuncinya adalah memilih merek yang tepat dan menjalankan usaha dengan disiplin.
Intinya, ekspansi lewat waralaba bisa jadi strategi pertumbuhan yang ampuh, asalkan kedua belah pihak—baik franchisor maupun franchisee—sama-sama menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan benar. Dengan begitu, semua bisa sama-sama untung dan bisnis bisa terus berkembang.

.png)



Comments